Oleh: Ust. Abu Izzuddin Fuad Al-Hazimi
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah,
Rabb semesta alam. Shalwat dan salam teruntuk Rasulullah –Shallallahu
'Alaihi Wasallam-, keluarga danpara sahabatnya.
Seorang Doktor di bidang aqidah bertanya
kepada Syaikh DR. Umar Al Asyqor guru besar ilmu Aqidah, “Wahai syaikh,
saya sudah mencapai gelar akademik tertinggi dalam ilmu aqidah, namun
saya belum merasakan dalamnya aqidah ini tertanam di hati dan jiwaku.”
Maka Syaikh DR. Umar Al Asyqor menjawab:
“Pertanyaan itu sudah pernah ditanyakan oleh Syaikhul Islam Ibnul
Qoyyim Al Jauziyyah kepada gurunya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menjawab:
“Apa yang engkau pelajari hanyalah kaidah-kaidah (rumusan-rumusan) dalam
masalah aqidah. Sedangkan jika engkau ingin merasakan dalamnya aqidah
tertanam di hati dan jiwamu, maka hayati dan resapilah kandungan
Al-Qur’an.”
Ikhwah Fillah rahimakumullah!...
Ilmu tauhid yang kita pelajari selama
ini, ternyata baru sekedar kaidah atau rumusan seperti rumus Matematika
dan Kimia atau rumus lainnya. Tanpa praktek nyata, maka rumusan tinggal
rumusan tanpa arti walaupun sebanyak apapun kita menghafalnya.
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz berkata:
إِنَّ
لِلإِيمَانِ فَرَائِضَ وَشَرَائِعَ وَحُدُودًا وَسُنَنًا ، فَمَنِ
اسْتَكْمَلَهَا اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَكْمِلْهَا لَمْ
يَسْتَكْمِلِ الإِيمَانَ
"Sesungguhnya iman memiliki beberapa
kewajiban, syariat, hudud (batasan) dan sunnah-sunnah. Barangsiapa
menyempurnakannya maka sempurnalah imannya dan barangsiapa tidak
menyempurnakannya maka tidak sempurna pula imannya." (HR. Bukhari)
Oleh karena itu marilah kita beriman sejenak sebagaimana ucapan shahabat Muadz bin jabal Radhiyallahu 'Anhu:
اجْلِسْ بِنَا نُؤْمِنْ سَاعَةً
"Duduklah bersama kami, mari kita beriman sejenak." (HR. Bukhari) Maksudnya adalah bertafakkur dan mengingat Allah sejenak saja.
Allah Azza Wa Jalla Berfirman,
إِنَّمَا
الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَى
رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati
mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya), dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS Al-Anfal: 2)
إِنَّمَا
يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا الَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُوا بِهَا خَرُّوا سُجَّدًا
وَسَبَّحُوا بِحَمْدِ رَبِّهِمْ وَهُمْ لَا يَسْتَكْبِرُونَ
"Sesungguhnya orang yang benar-benar
beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan
dengan ayat-ayat itu mereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji
Rabbnya, dan lagi pula mereka tidaklah sombong. Lambung mereka jauh dari
tempat tidurnya (karena sholat tahjjud) dan mereka selalu berdoa kepada
Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka menafkahkan apa
apa rezki yang Kami berikan." (QS. Al-Sajdah: 15)
قُلْ
آمِنُوا بِهِ أَوْ لَا تُؤْمِنُوا إِنَّ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ مِنْ
قَبْلِهِ إِذَا يُتْلَى عَلَيْهِمْ يَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ سُجَّدًا
وَيَقُولُونَ سُبْحَانَ رَبِّنَا إِنْ كَانَ وَعْدُ رَبِّنَا لَمَفْعُولًا
وَيَخِرُّونَ لِلْأَذْقَانِ يَبْكُونَ وَيَزِيدُهُمْ خُشُوعًا
“Katakanlah: "Berimanlah kamu
kepadanya atau tidak usah beriman (sama saja bagi Allah). Sesungguhnya
orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila Al Quran
dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil
bersujud. Dan mereka berkata : "Maha suci Rabb Kami, Sesungguhnya janji
Rabb Kami pasti dipenuhi". Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil
menangis dan mereka bertambah khusyu'.” (QS. Al-Isra’: 107 – 109)
Banyak orang menyangka bahwa akhlakul
karimah tidak ada sangkut pautnya dengan tauhid atau aqidah. Sehingga
seseorang yang sudah belajar tauhid tidak sedikit pun merasa risih untuk
mengeluarkan sumpah serapah atau kata-kata kotor kepada saudaranya
sesama muslim. Padahal tauhid adalah inti iman dan dalam banyak hadits
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam selalu mengaitkannya dengan adab dan akhlak. Bahkan Allah Azza wa Jalla pun menjadikan amal shalih sebagai bukti keimanan seseorang.
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal shalih dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr 1–3)
Sesungguhnya ucapan kita, pandangan kita, pendengaran kita bahkan desiran hati kita adalah bukti iman dan tauhid kita. “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan kami mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya,
dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika
dua orang Malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS Qaaf 16–18)
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa
yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya.” (QS. Al-Isra’: 36)
Puluhan nasehat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengaitkan keimanan dengan ucapan, sikap dan adab kita. Bahkan menyingkirkan duri dari jalanan pun bagian dari iman.
Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
الإِيمَانُ
بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ
الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman itu ada 70 atau 60 cabang,
yang paling utama adalah ucapan Laa Ilaaha IllaLlah sedangkan yang
paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan. Dan rasa malu
merupakan bagian dari iman.” (HR. Muslim)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia berkata yang baik atau diam saja.” (Muttafaq Alaih)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلاَ يُؤْذِي جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia menyakiti tetangganya.” (Muttafaq Alaih)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tetangganya.” (Muttafaq Alaih)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia memuliakan tamunya.” (Muttafaq Alaih)
مَا مِنْ شَيْءٍ أَثْقَلُ فِي الْمِيزَانِ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ
“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat di atas Mizan (timbangan amal di akhirat nanti) dibandingkan akhlak yang baik” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, dan beliau menyatakan bahwa Hadits ini Shahih)
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah ia menyambung silaturahim.” (Muttafaq Alaih)
قَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ
الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا
نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“Seorang muslim adalah orang yang
kaum muslimin selamat dari mulut dan tangannya. Muhajir (orang yang
berhijrah) adalah orang yang hijrah (menjauhi) dari segala yang dilarang
Allah.” (HR. Bukhari)
مَا
نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ
عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللَّهُ
“Shodaqoh tidaklah akan mengurangi
harta sedikitpun, dan tidaklah seorang hamba yang memberi maaf,
melainkan Allah akan menambahkan baginya kemuliaan dan kehormatan, dan
tidaklah seseorang itu merendahkan diri di hadapan Allah kecuali Allah
akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim)
لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau meremehkan amal
kebajikan meskipun kecil, walaupun itu hanya berupa wajah yang manis
ketika engkau bertemu saudaramu.” (HR. Muslim)
سِبَابُ الْمُسْلِم فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
“Mencaci seorang muslim adalah tindakan yang melampaui batas (fasiq) sedangkan membunuhnya adalah kekafiran.” (Muttafaq Alaih)
أَتَدْرُونَ
مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ
أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا
أَقُولُ قَالَ إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ
لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Tahukah kalian apakah ghibah
(menggunjing) itu?” Para Shahabat menjawab “Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu”. Rasul pun menjelaskan, “(Ghibah adalah) menyebutkan sesuatu dalam
diri saudaramu yang tidak disukainya”. Seorang shahabat bertanya,
“Bagaimana jika yang kami sebutkan itu memang benar-benar ada padanya ?”
Rasul pun bersabda, “Jika apa yang kalian sebutkan itu memang benar ada
padanya, maka berarti engkau telah menggunjingnya, dan jika tidak ada
padanya berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim)
Garbage In Garbage Out (GIGO)
Meminjam istilah komputer yaitu Garbage
In Garbage Out (jika sampah yang dimasukkan sampah pula yang keluar)
maka jika inputnya bagus pastilah outputnya bagus pula. Jika inputnya
bagus namun outputnya buruk, tentulah ada masalah pada softwarenya atau
hardwarenya.
Jika seseorang telah mempelajari ilmu
tauhid tetapi tauhid itu tidak tercermin pada akhlak dan adabnya, bisa
jadi software yang dimasukkan salah atau hardwarenya yang ada masalah
sehingga harus segera diservice atau diupgrade. Wallahu A’lam.
[PurWD/voa-islam.com].
Sumb: http://www.voa-islam.com/islamia/aqidah/2013/04/01/23836/tauhid-inputnya-akhlak-mulia-outputnya/
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !