BERHENTILAH JADI GELAS
Seorang Guru Sufi mendatangi
seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“kenapa kau selalu murung nak, bukankah banyak hal
yang indah di dunia ini, kemana perginya wajah bersyukurmu ? kemana senyuman
menawan yang selalu menghias wajahmu itu? "
Sang Guru bertanya kepada murid itu.
“Guru, belakangan ini hidup ku penuh masalah, sulit
bagi ku untuk tersenyum, masalah datang seakan tak ada habis-habisnya”. Jawab sang murid mudah.
Gurunya pun terkekeh, tersenyum mendengar jwabannya.
“Nak, ambillah segelas air dan dua genggam garam,
bawalah kemari biar ku perbaiki suasana hatimu itu".
Si murid beranjak pelan tak bersemangat, ia laksanakan
permintaan Gurunya itu, lalu kembali lagi membawa segelas air dan garam
sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, lalu masukkan ke segelas
air itu..!” Kata sang Guru. “Setelah itu coba kau
minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya, wajahnya kini meringis
karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya..?” Tanya sang Guru.
“Asin,..
dan perutku jadi mual". Jawab
si murid dengan wajah yang masih beringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang
beringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.!” Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa dan tebarkan ke
danau..!"
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke
danau tanpa banyak bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin
meludahkan rasa asin dari dimulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan
meludahkannya dihadapan mursyid. Begitu pikirnya.
“Sekarang coba kau minum air danau itu!” Kata
sang guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat ditepi
danau.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air
danau, membawanya ke mulutnya, kemudian meneguknya. Ketika air danau yang
dingin dan segar mengalir ke tenggorokannya.
Sang Guru bertanya kepadanya:
“Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali..!” Kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.
“Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air
diatas sana, dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. “ Dan sudah pasti air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa
di mulutnya. “Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak.., tidak sama sekali.” Kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi.
Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya.
Membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak...!!!”
Kata sang Guru kepada muridnya ketika selesai minum.
“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam
garam. Tidak kurang tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan
penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar
oleh Allah, sesuai untuk dirimu, jumlahnya tetap segitu-segitu saja, tidak
berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satupun manusia walaupun dia seorang nabi yang bebas dari
penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam, mendengarkan.
“Tapi nak, rasa asin dari penderitaan yang dialami itu
sangat tergantung dari besarnya Qolbu yang menampungnya. Jadi nak...,
supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas, jadikan Qolbu di dalam
dadamu itu sebesar danau.“
Allah berfirman:
“Tidaklah Allah membebani seseorang kecuali sesuai
dengan kesanggupannya”.
(QS. Albaqarah:286)
Ya, kadang diantara kita berkeluh kesah, putus asa
dengan apa yang menimpa pada diri kita. Problema hidup yang menggunung tinggi
kadang membuat kita lupa akan selangit karunia dan cinta Allah.
Padahal, Allah memberikan beban sesuai dengan kadar
kemampuan kita. Maka, hadapi setiap problema yang menimpa, ujian yang datang
menyapa jiwa dengan penuh kesabaran, kesungguhan serta tawakkal kepada-Nya.
Dan
Taqwa adalah sebaik-baiknya bekal untuk menghadapi semua itu. Jika Taqwa sudah
dijadikan bekal, niscaya Allah akan menunjukkan petunjuk-Nya, membukakan
selebar-lebarnya jalan keluar dari setiap problema yang menghadang, memberikan
kemudahan pada setiap kesulitan yang menyesakkan dada.
BUkankah setelah malam, pagi datang menjelang,
matahari tersenyum kembali setelah pekat menyelimuti..???
"Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada
kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam
Nasyrah : 5-6 )
Sumb : Ade Mimin MU'minawati, Garut.
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !