Headlines News :
Home » » BERHENTILAH JADI GELAS

BERHENTILAH JADI GELAS

Written By Unknown on Selasa, 02 April 2013 | 08:35


BERHENTILAH JADI GELAS

Seorang Guru Sufi  mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

“kenapa kau selalu murung nak, bukankah banyak hal yang indah di dunia ini, kemana perginya wajah bersyukurmu ? kemana senyuman menawan yang selalu menghias wajahmu itu? "
Sang Guru bertanya kepada murid itu.
 
“Guru, belakangan ini hidup ku penuh masalah, sulit bagi ku untuk tersenyum, masalah datang seakan tak ada habis-habisnya”.  Jawab sang murid mudah.

Gurunya pun terkekeh, tersenyum mendengar jwabannya.
“Nak, ambillah segelas air dan dua genggam garam, bawalah kemari biar ku perbaiki suasana hatimu itu".

Si murid beranjak pelan tak bersemangat, ia laksanakan permintaan Gurunya itu, lalu kembali lagi membawa segelas air dan garam sebagaimana yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, lalu masukkan ke segelas air itu..!”   Kata sang Guru.  “Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya, wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

“Bagaimana rasanya..?”   Tanya sang Guru.
 “Asin,..  dan perutku jadi mual".  Jawab si murid dengan wajah yang masih beringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang  beringis keasinan.
“Sekarang kau ikut aku.!”  Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa dan tebarkan ke danau..!" 

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau tanpa banyak bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari dimulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludahkannya dihadapan mursyid. Begitu pikirnya.

“Sekarang coba kau minum air danau itu!”  Kata sang guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat ditepi danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, membawanya ke  mulutnya, kemudian meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir ke tenggorokannya.

Sang Guru bertanya kepadanya:
“Bagaimana rasanya?” 
“Segar, segar sekali..!”  Kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.

“Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air diatas sana, dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. “  Dan sudah pasti air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya. “Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” 

“Tidak.., tidak sama sekali.”  Kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi.
 Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya. Membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.
“Nak...!!!” 
Kata sang Guru kepada muridnya ketika selesai minum.

“Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu  itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu, jumlahnya tetap segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satupun manusia walaupun dia seorang nabi yang bebas dari penderitaan dan masalah.” 
Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi nak, rasa asin dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya Qolbu yang menampungnya. Jadi nak...,  supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas, jadikan Qolbu di dalam dadamu itu sebesar danau.“

Allah berfirman:
“Tidaklah Allah membebani seseorang kecuali sesuai dengan kesanggupannya”.  (QS. Albaqarah:286)

Ya, kadang diantara kita berkeluh kesah, putus asa dengan apa yang menimpa pada diri kita. Problema hidup yang menggunung tinggi kadang membuat kita lupa akan selangit karunia dan cinta Allah.

Padahal, Allah memberikan beban sesuai dengan kadar kemampuan kita. Maka, hadapi setiap problema yang menimpa, ujian yang datang menyapa jiwa dengan penuh kesabaran, kesungguhan serta tawakkal kepada-Nya. 

Dan Taqwa adalah sebaik-baiknya bekal untuk menghadapi semua itu. Jika Taqwa sudah dijadikan bekal, niscaya Allah akan menunjukkan petunjuk-Nya, membukakan selebar-lebarnya jalan keluar dari setiap problema yang menghadang, memberikan kemudahan pada setiap kesulitan yang menyesakkan dada.

BUkankah setelah malam, pagi datang menjelang, matahari tersenyum kembali setelah pekat menyelimuti..???

"Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Alam Nasyrah : 5-6 )

Sumb : Ade Mimin MU'minawati, Garut.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Berbagi Ilmu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger