Kisah Sa'id bin Al-Musayyib Ketika Menolak Pinangan Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk Putrinya
Saya katakan: ’’Istriku meninggal, maka aku sibuk mengurus jenazahnya’’
Ia menjawab: ’’Mengapa engkau tidak memberitahu, hingga kami dapat membantumu?”
Saya katakan: ’’Tidak apa-apa, semoga Allah membalas kebaikanmu.’
Ketika aku akan bangun
dari tempat duduk, beliau memerintahkanku untuk tetap duduk. Setelah
semuanya beranjak pergi dari halaqah, beliau pun mendekati saya seraya
mengatakan:
“Wahai Abu Wada'ah, apakah engkau belum memikirkan untuk mencari pengganti istrimu?”
Saya menjawab: “Semoga
Allah merahmatimu. Siapakah yang bersedia menikahkan putrinya denganku.
Aku hanyalah seorang pemuda yatim lagi miskin yang tidak memiliki harta
kecuali 2 atau 3 dirham saja.“
Lalu beliau berkata kepadaku: “Aku yang akan menikahkan putriku denganmu.”
Maka saya pun terperanjat, seakan-akan mulutku tak dapat berkata-kata. Aku bertanya pada beliau:
“Engkau...Apakah engkau bersedia menikahkan putrimu denganku padahal keadaanku seperti ini?”
Beliau menjawab: ”Ya,
bila aku melihat seorang yang baik agama dan akhlaknya, maka aku akan
menikahkan putriku dengannya. Engkau menurutku adalah orang yang baik
agama dan akhlaknya.”
Lalu beliau memanggil
beberapa orang di sekitarnya. Setelah mereka datang, beliau memuji
Allah dan bershalawat pada Nabi-Nya lalu menikahkanku dengan putrinya
dengan mahar uang dua dirham. Setelah akad nikah selesai, maka aku pun
bangkit. Aku seperti orang bingung dan tak dapat mengucapkan kata-kata
karena saking gembiranya. Aku pun pulang, ketika itu aku sedang berpuasa
hingga aku lupa dengan puasaku.
Aku terus berkata: “Celaka
engkau wahai Abu Wada’ah, apa yang baru saja engkau lakukan…dari mana
engkau akan mendapatkan uang… kepada siapa engkau akan berhutang?
Hingga tibalah waktu
berbuka. Seusai mengerjakan sholat Maghrib, aku menuju meja makan yang
hanya terhidang roti dan minyak. Tatkala memulai satu atau dua suap
makanan, tiba-tiba terdengar ada orang yang mengetuk pintu rumahku,
Aku pun bertanya: ”Siapa?”
Ia menjawab: “Sa'id”
Aku terkejut, setelah
kupikir-pikir tak ada seorangpun yang kukenal selama ini bernama Sa'id
kecuali hanya Sa'id bin Al-Musayyib. Ini tak seperti biasanya, karena
selama 40 tahun beliau hanya
berada antara rumah dan masjid saja. Hingga aku berpikir panjang,
barangkali beliau berkeinginan untuk membatalkan akad pernikahan tadi
siang, lalu aku berkata:
“Wahai Abu Muhammad, mengapa engkau tidak mengutus orang untuk memberitahuku agar aku mendatangimu?”
Beliau menjawab: “Tidak, bahkan hari ini engkau lebik berhak untuk aku datangi.
Aku katakan: “Kalau begitu silahkan masuk!”
Beliau menjawab: “Tidak, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu.”
Saya katakan: “Semoga Allah merahmatimu, apa itu?”
Beliau menjawab: “Sesungguhnya
putriku sekarang telah sah menjadi istrimu dengan syariat Allah. Akupun
mengetahui bahwa tak ada seorang pun yang dapat menghibur kesedihanmu.
Aku tidak ingin engkau bermalam sendirian dan istrimu pun bermalam
sendirian, maka aku mengantarkan putriku untukmu”
Lalu aku menoleh, ternyata ia telah berdiri di belakang beliau. Lalu beliau memerintahkan putrinya:
“Wahai putriku, sekarang masuklah engkau ke rumah suamimu!”
Maka tatkala dia hendak
melangkah seakan-akan kain bajunya mengikat kakinya, karena rasa malu.
Hampir saja ia terjatuh, sedangkan aku….aku hanya berdiri tercengang
tidak tahu apa yang akan aku katakan. Lalu aku mendahului masuk dan
menghampiri meja makan untuk memindahkan hidanganku ke tempat yang
gelap, agar istriku tidak melihatnya. Kemudian dengan penuh kegembiraan
aku naik ke atas loteng seraya memanggil para tetangga,
“Kemarilah….kemarilah!
Said telah menikahkanku dengan putrinya di masjid. Sekarang ia telah
datang ke rumahku maka kemarilah dan temanilah ia, karena aku akan
menjemput ibuku d idesa sebelah”
Maka datanglah seorang nenek dengan nada keheranan “Celaka
engkau, apa yang telah engkau ucapkan, apakah Sa'id telah menikahkan
putrinya denganmu lalu memboyongnya datang ke rumahmu….padahal kemarin
ia menolak pinangan Al Walid bin Abdul Malik!”
Aku menjawab: “Benar, kemarilah dan lihatlah sekarang ia berada di rumahku”
Maka beberapa tetanggaku
pun datang seakan-akan tidak percaya, kemudian mereka mendoakanku dan
mengobrol bersama istriku. Tak lama kemudian ibuku datang. Tatkala ia
melihat kecantikan istriku, ibu memandangiku seraya berkata:
“Aku
tidak akan berbicara denganmu sebelum aku membawa istrimu pulang dan
tinggal bersamaku beberapa hari. Setelah itu aku akan menyerahkannya
padamu”’
Aku berkata: “Silahkan, lakukan apa yang ibu mau?”
Setelah berlalu tiga
hari, ibu pun datang menyerahkan istriku. Ternyata ia adalah wanita yang
paling cantik di Madinah, paling hafal Al-Qur'an, paling faham
terhadap hadits-hadits Rasulullah dan wanita yang paling banyak mengerti
hak-hak suami. Lalu aku pun tinggal bersamanya beberapa hari, lalu aku
kembali menghadiri majlis ayahnya. Aaya mengucapkan salam pada beliau
dan beliau pun menjawab salamku. Tatkala pelajaran telah selesai dan
semua manusia telah beranjak pergi. Beliau bertanya padaku:
“Bagaimana keadaaan istrimu wahai Abu Wada’ah?”
Aku menjawab: “Sungguh ia adalah sebaik-baik wanita yang dicintai...”
Lalu beliau berkata: “Alhamdulillah.”
Tatkala aku pulang, aku mendapati beliau telah menyiapkan harta yang banyak untuk mencukupi kebutuhan saya dan istriku.
[Dikeluarkan oleh Abu Nu'aim dalam Hilyatul Auliya]
Mutiara kisah :
1) Mengenal seorang Ulama Tabi’in yang bernama Sa'id bin Al-Musayyib
2) Sifat ketawadhuan yang dimiliki oleh Sa'id bin Al-Musayyib
3) Mengenal nama murid Said bin Al-Musayyib yang bernama Katsir Abu Wada’ah
4) Allah senantiasa meninggikan derajat seorang penuntut ilmu
5) Tanda keshalihan seorang hamba adalah pada agama dan akhlakhnya, bukan pada hartanya
6) Kewajiban orang tua untuk mendidik anak-anaknya
7) Orang tua mempunyai tanggung jawab untuk mencarikan pasangan yang shalih untuk anak-anaknya
Sumber : Kisah-kisah
Keteladanan, Kepahlawanan, Kejujuran, Kesabaran, Menggugah , Serta Penuh
dengan Hikmah dan Pelajaran Sepanjang Masa.
Penerbit : Maktabah At-Thufail, Panciro-Gowa (Makassar-Sulsel).
URL Sumber :http://almakassari.com dengan sedikit perubahan
Ref: http://abul-harits.blogspot.com/2013/03/kisah-said-bin-al-musayyib-ketika.html
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !